Durjanah punya banyak teman artis
jagat raya. Modelnya bermacam-macam. Si Onah itu artis sinetron berjiwa sosialita. Gengsinya selangit sampai
bodynya di vermak operasi plastik dengan biaya kredit.
Si Abel itu pemusik militan, jiwanya
teguh pada pendiriannya. Membela kaum tertindas sudah terpatri di hatinya. Ia
berani menyindir pemerintah dengan lirik lagunya.
Si Kipli, pelawak daerah yang
berhasil di kota. Ketika dia menemukan kalian. Bersiaplah untuk tertawa sampai
mati, atau mati dihinanya habis-habisan. Karena dia menganggap bully itu dapat
menghibur orang lain.
Mbah si Anun ini yang susah, wajah
pas-pasan dan matanya seperti sanggup mematahkan hati para wanita. Padahal dia
hanya menjadi penonton bayaran buat acara tv yang tidak laku. Begitu ia tahu Al
artis baru, ia langsung menguruinya.
“Kenapa kamu jadi artis! Tololnya
kamu masih ingin menjadi artis di tengah perkembangan teknologi dan internet
semakin mudah di dapatkan. Elu tahu artis itu tak lebih dari sekedar penghibur
dan tak jauh beda dengan wanita penghibur….!”
Pokoknya dia marah-marah. Ia lahir
dari kekecewaan dunia artis tanpa bisa menerjemahkan ke dalam kearifannya apa
yang terjadi. Kegagalannya dalam dunia artis menyebabkan dia begitu
membencinya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia artis dianggapnya
bodoh.
Setelah Al yakin bahwa nanti kalau
terpaksa, apa boleh buat akan Al pakai jurus motifator handal yang ditiru dari
acara televisi sekarang. Barulah Al menjawab dengan dingin:
Artis itu merupakan propesi yang baik.
Tergantung orangnya mau di bawa ke arah mana. Apa pun propesinya baik dan buruk
itu akan selalu ada. Apabila kita menjalankanya dengan jujur dan tidak
selingkuh. Insyaallah hal buruk itu akan menjauhi kita begitu saja.
Ternyata di jagat raya masih ada yang
memandang sesuatu dari satu sisi. Kasihan si Abel menjadi korban di kafirkan
karena menyukai musik. Padahal dia tidak pernah ketinggalan ibadah shalat lima
waktu. Dia tidak pernah mempertujukannya karena itu akan lebih dekat ke riya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar